Bintang bersinar begitu terang
Tenang, indah , dan seakan tak ada yang bisa meredupkan sinarnya
Begitu berbanding dengan hati ini
Redup, senyap, dan begitu gelap
Kusimpan harapan yang tak kutau pasti
Didalam hati rindu berselimut kalbu
Akankah asa menjemput cintaku
Mungkingkah ia enggan untuk dijemput
Kau begitu indah
Begitu berhidayah
Bagiku kau adalah anugerah
Darimu hidayah itu ku dapat
Terselip rindu di dalam jiwa
Terkadang menangis, meronta, memekik
Terkadang pula meringis kesakitan
Mungkinkah kau rasakan hal yang sama?
Aku tak pernah mengerti apakah ini
Apakah ini cinta?
Apakah ini rindu?
Atau semua ini hanyalah semu?
Ahhh aku tak pernah tau
Aku tak perduli
Namun hati ini semakin sakit
Bagaikan tertusuk duri
Duri yang tajam dan begitu amat sangat menancap
Wahai kau lelaki
Dengarlah rintihan hati
Sanggupkah kau menjawab semua pertanyaan hati
Sanggupkah kau menjadi apa yang aku cari selama ini
Kamis, 31 Desember 2015
Rabu, 30 Desember 2015
Di ujung sujud sejukkan hati part 2
“kkuukuruyukk” “ Hoamm, udah pagi. Kayanya
aku capek banget semalem tidur nyenyak bener”. “ astaga jam 7, aku telat. Maa mama
siapin sarapan, aku telat”. Segera aku bergegas ke kamar mandi dan menyegerakan
untuk mandi, semua hampir siap dan aku pun beranjak ke sebuah tas jinjing
berwarna hitam. Ku masukkan semua buku serta tak pernah kutinggalkan sebuah
novel untuk menemani suntuk menyerang. Ku santap sarapan pagi yang telah
disapkan ibunda tercinta, akibat lapar yang melanda perut mungilku, aku pun
menyantapnya dengan lahap.
“maa aku berangkat, assalamualaikum”
“waalaikumsalam kak, ati-ati dijalan jangan ngebut”. Teriak seorang ibunda dari
dalam dapur yang terdengar hingga depan rumah.
I’m gonna love you like I’m gonna
lose you
I’m gonna hold you like l’m
saying good bye
Forever will stay in, l won’t
take you for granted
Alunan lagu Meghan trainor begitu
membuatku terhanyut, menemaniku disaat perjalanan ke kampus. Masih saja dengan
lagu yang sama lagu itu masih tetap mengalir memasuki lubang telingaku, hingga
membuat mulutku pun tak mau ketinggalan mengikuti jalanannya alunan lagu itu.
Cause we’ll never know it when we’ll
run out of time
So l’m gonna love you, like l’m
gonna lose you
I’m gonna love you, like l’m
gonna lose you
Jam kuliah sudah kutuntaskan semua.
Dihari ini aku ingin menikmati hidupku yang benar- benar berbeda. Ku ambil
novel yang telah ku masukkan ke dalam tas ku setadi pagi. Ku buka halaman
dimana aku terakhir membacanya. Sampulnya yang berwarna pink membuatku bergairah
segera membacanya. Ditengah aku tengah terhanyut dalam cerita yang aku baca. Tiba-tiba
aku pun teringat akan ucapan faiz semalam. Ku korek isi tas ku, kucari dan
terus mencari dimana letak handphone ku kuletakkan. “ini dia, faiz faiz faiz. Ahh
nih bbm tuh anak. Ku baca pesan darinya semalam, belum sempat aku membalasnya
aku pun tertidur dengan pulas karna begitu kegirangannya aku mendapat pesan
yang masih belum aku percaya sampai saat ini.
“pagi faiz, iya oke deh aku mau
jalan sama kamu. Emang kapan kita jalan?”. Sambil aku menunggu balasan dari
faiz aku pun melanjutkan membaca novel yang masih aku pegang di tangan kiriku. “Beep
beep beep beep” , hp ku pun bergetar dan ku tenggok layar hp ku ternyata faiz
telah membalas pesan dariku. “ oke tang, ntar malem aku jemput kamu di rumah ya.
See you tang “. Tak kusanggka jam berjalan begitu cepat. Sedikit mataku melirik
kea rah arloji hitam yang melilit di tangan mungil sebelah kiriku. “ udah jam 4
sore, ujan juga belum reda. Faiz kemana yaa kok belum ada kabar sama sekali,
bikin orang khawatir aja nih anak”. “ beep beep beep beep”. Ku rogoh saku
celana bagian belakangku untuk mengambil hpku yang tengah berbunyi . “ tang
sorry agak telat, ujannya kebat banget. Aku tunggu kamu di depan minimarket aja
yaa”.
Tak lama kemudian aku pun beranjak
jalan ke minimarket dekat rumahku. Dengan hati gugup, rasa tak percaya, tangan
dingin dan bergetar. Aku pun meyakinkan diriku bahwa semua ini nyata dan bukan
mimpi. Yaa ini nyata bukan hanya sekedar cerita karangan belaka yang dibuat
seromantis mungkin oleh si penulisnya. “ tang, udah lama kah nunggunya?” suara
lelaki disebelahku memecahkan lamunannku tentang kurang percayanya dengan semua
ini. “ ehh faiz, ngg nggak kok iz, barusan aja kok aku nunggunya. Kita mau
kemana? Cari makan aja yukk aku laper banget nih”. Sambil memegang perutku yang
sudah keroncongan, aku mencoba merayu faiz agar segera beranjak pergi dari
tempat kita bertemu menuju sebuah warung.
“Iz makasi yaa untuk hari ini, hari
ini aku bener-bener seneng kamu bisa temenin aku jalan. Sekali lagi thank’s
faiz. Kamu hati-hati dijalan yaa, ntar kalok udah nyampek rumah bbm gua balas
oke”.
1 Bulan kemudian
Hari begitu cepat. Kini aku dan
faiz pun semakin dekat. Semua tanda-tanda yang diberikan oleh faiz pun aku
masih tak percaya. Firasatku hanya berkata bahwa diapun miliki rasa yang sama
terhadapku. Dia begitu simple tapi diapun begitu romantis. Dimulai dari dia
secara tiba-tiba memberiku sebuah mawar yang begitu indah. Bunga yang hingga
saat ini aku menyukainya. Bagiku mawar itu adalah bunga yang begitu sakral. Apabila
dia itu diumpamakan sebuah barisan kata yang menjadi sebuah kalimat, dia
mendapat kalimat “simple but sweet”. Yaa dialah lelaki pertama yang aku temui
dengan sejuta kejutan. Dan semoga diapun lelaki terakhir yang akan menjadi
bagian dari hidupku.
“iz bolehkah aku bertanya?” “ boleh
tang Tanya aja, aku akan jawab apapun yang kamu tanyakan. Agar pikiranmu tak
dipenuhi tanda tanya tentang diriku ini”. Tangan besar faiz pun menggengam
tanganku yang begitu mungil bila dibandingkan dengannya. “iz apa kamu serius
denganku? Kita sudah lama kenal . aku tau kamu begitu pula kamu telah
mengetahui siapa aku, dan kamu mampu menerimaku apa adanya. Semalam kamu bilang
kamu ingin mempertemukan kedua orang tua kita. Apa kamu yakin? Lalu bagaimana
dengan kuliah kita? Apa semuanya harus terhenti karna kita ingin bersatu? “. Kulihat
mata lelaki itu pun begitu tajam, lalu berubah menjadi sayu menatap mataku yang
berbinar bahwa tak ingin hubungan serius ini dianggap main-main. Ia pun menarik
nafas begitu panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Mulutnya terbuka
ingin menjawab semua pertanyaan dariku. Lalu dia kembali diam dan tanganya pun
mengarah ke atas kepalaku lalu mengelus-elusnya penuh sayang. “lintang
ketahuilah, aku tak ingin meninggalkanmu. Tak ingin melepaskanmu dan tak ingin
melupakanmu. Kamu tau apa yang aku rasakan walaupun aku tak pernah katakana itu
padamu. Kali ini aku akan katakana semuanya kepadamu. Selama ini memang kamu
anggap semua tak nyata dan tak mungkin dengan apa yang aku lakukan hingga saat
ini. Aku tau kamu selalu memancingku untuk mengatak bahwa aku sayang kamu, aku
cinta kamu, dan aku serius denganmu. Kamu pun sering tanyakan padaku, apakah
aku sedang merindukanmu? Ketahuilah tang aku selalu merindukanmu setiap saat,
aku selau menginginkanmu disampingku setiap saat. Aku menyembunyikan darimu
sedari dulu karna kau ingin buktikan padamu bahwa aku mampu membahagiakanmu
walaupun aku tak begitu miliki banyak materi. Dan untuk study kita, aku mau
melihat calon istriku ini memakai seragam hitam dan membawa sebuah toga
ditanganya. Bersabarlah sayang sebentar lagi kita akan bersatu. Dan ixinkan aku
melamarmu terlebih dahulu. Lintang dengan segenap h=jiwa raga dan seluruh kasih
sayang dan cinta yang aku miliki terhadapmu, maukah kamu menjadi permaisuriku
seperti apa yang kamu mimpikan selama ini?”. Hatiku bergetar, tanganku menjadi
dingin seketika. Lidahku pun kaku, aku tak bisa mengucapkan sepatah katapun
untuk menjawabnya. Semua begitu terasa seperti mimpi bagiku. Yag aku tau selama
ini taka da lelaki yang begitu ingin serius terhadaku. Dan sekarang di depanku,
dihadapanku tengah berdiri lelaki yang ingin meminangku, menyatukan tali sunnah
yang dianjurkan oleh tuhanku dan tuhannya. Aku pun tak kunjung mengucapkan
kata. Tubuhku begitu lemas dan bersandar dipelukkannya. Semua linangan air yang
telah berkumpul lama disudut mataku pun menetes karena tak sanggup lagi untuk
terbendung.
“ Faiz aku mau, yaa aku mau. Aku akan
menunngu dimana kamu menyebutkan namaku di depan penghulu dan banyak orang. Aku
mau iz, aku mau kamu yang selalu berada di sampingku”. Jantungku begitu gugup
dan berdetak sangat kencang. Tak percaya bahwa aku akan segera menyudahi masa
remajaku ini. Faiz lelaki yang baik namun dia begitu cuek. Dia yang tak pernah
perduli dengan wanita cantik yang diiming-imingkan oleh teman-temannya. Dia lelaki
yang menggetarkan hatiku pada setiap sujudnya. Dia yang kulihat ketika bersujud
membuat hatiku begitu sejuk, sesejuk salju yang menerpa raga setiap manusia yang
terkenanya. Yaa dialah lelaki yang saat ini berada disampingku, dia yang
menjadi imam sekaligus ayah yang baik untuk anak-anakku.
Sabtu, 26 Desember 2015
Diujung sujud sejukkan hati part 1
“Aduh” jeritnya meringis karena
tengah menabrak lemari kayu. Lintang melamun karena melihat lelaki yang
ditaksirnya sedang menegakkan kewajiban terhadap Tuhannya. Hati lintangpun
berbisik lirih sambil tak mengalihkan perhatiannya sama sekali. “Rasanya nih
ati adem banget liat dia sholat, ya Allah dia emang benar-benar baik”. Sambil
tersenyum lintangpun berlalu meninggalkan Faiz.
“Assalamualaikum” “Waa,,waalaikumsalam”.
“Sendirian aja tang?” Faiz membuyarkan lamunanku tentangnya, hingga aku
gelagapan menjawab pertanyaanya. “Ehh, iyaa nih. Anak-anak pada belum dating,
mungkin mereka masih di mushollah sebelah”.
“Kemarin tugasnya apa aja? Copy.in
dong materinya” “Ohh, kek biasa iz. Dosen nerangin terus kasih ppt. okee,
sini.in flashdisk lu.” “Nih tang, jangan buka aneh-aneh yaa hehe”. Canda Faiz
ketika ia menyerahkan flashdisknya. Yang membuat jantung ini seakan keluar dari
area tempat tinggalnya adalah, ketika ia tersenyum,tertawa terbahak-bahak dan
ketika melihat ia sholat.
Hari ini begitu melelahkan, baik
karna tugas yang makin hari makin numpuk. Dan juga orderan online shop yang
semakin hari semakin banyak pesanannya. Aku wanita remaja yang sedang menikmati
masa-masa muda yang begitu indah, dengan menghabiskan waktu ku dengan belajar
di sebuah fakultas wartawan. Dan tanpa letihnya aku juga ambil kerja sampingan
dengan jualan secara online. Bagiku mencari ilmu itu sungguh menyenangkan. Selain
aku kuliah, aku juga tengah mengikuti sebuah pelatihan yang diadakan oleh pemerintah
kota tempat tinggalku. Dan disinilah awal mula aku bertemu dengan Faiz. Lelaki yang
begitu baik, ia juga memiliki ilmu agama yang mantap, serta pintar dan cool. Dia
lelaki yang begitu cuek. Ketika semua temannya sedang memperhatikan dan
menaksir wanita untuk jadi pujaan hatinya. Tapi ia memilih diam dan sendiri.
“Beep beep beep beep” tiba-tiba hp
ku bergetar, aku pun segera berlari dari meja rias ke atas Kasur dank u raih hp
ku. Ku lihat layar hpku, tampillah sebuah icon bbm yang tertanda bahwa ada
pesan bbm yang masuk. Dan ternyata lelaki yang tak seberapa tampan dan cuek
yang mengirim pesan bbm padaku. “Tang lagi apa? Bisa minta tolong nggak? Hehe .
ntar masuk pelatihan kan?” “nih anak belum dijawab udah bbm segini banyaknya,
apalagi kalok gua balas. Kalok dikelas sok cuek, ehh kalok di bbm beda banget,
hmm” . aku menggerutu sendiri melihat dan membaca pesan dari faiz. “ Iya iz aku
masuk, ada apa? Kangenkah kamu kepadaku? Hahaha” . “ hehe, kamu bisa aja tang. Aku
mau nitip absen tang , tolong yaa “ “ nih anak ada maunya kan, bener dugaanku
dari awal”. Segera aku membalas pesan dari Faiz “ oke “.
Hari begitu cepat berganti, tak
pernah kusangka ternyata pelatihan yang aku ikuti akan segera selesai. Perasaan
bahagia dan sedih pun kini telah melanda. Yaa kalau anak jaman sekarang bilang
sih galau. Rasa bahagia itu datang karena pelajaran akan segera usai dan aku
akan segera mengetahui seberapa jauh aku menimba ilmu. Dan disisi lain rasa
sedih pun menerpa, karna aku takut tak bisa lagi menyejukkan hatiku. Menyegarkan
pikiranku dengan hanya melihat Faiz lelaki yang sok cuek itu sholat dan
tersenyum gurih. “Hei, kenapa lu ngelamun aja sih tang ?” tegur evi yang datang
menghapiriku tengah melamun sendiri di taman sebelah. “ nggak apa vi, aku cuman
lagi galau aja. Bentar lagi kan kita bakalan usai pelatihan. Jadi bakal kangen
sama suasana kelas yang kacuh gaduh nggak karuan vi.” “ alaah, udah ngomong aja
kalok lu takut kan gabakal bisa ketemu sama cowo super cuek itu” . “ iyaa tang,
udah nggaku aja”. Timpalan kalimat sok tau dari teman yang cerewet dan bawel
yaitu Jamil. “ahhh kamu sok tau deh mil, emang kita ngomongin apa.an tadi?” “
aku tau lah vi, kalian ngomongin Faiz kan?” “prokkk prookkk prookk “ tepuk
tangan pun terdengar begitu meriah dari tangan evi yang duduk disebelahku. “
tenyata teman kita ini pinter juga kek dukun. Tapi dukunnya gapakek menyan yaa.
Hahahaha”. Evi pun dan aku tertawa amat keras hingga rambut keriting evi pun
ikut mengguncang-guncang.
“beep beep beep” kembali hp ku
bergetar. Kutenggok sejenak layar yang menyala. Faiz, nama yang muncul pada
icon bbm tertanda bahwa ada pesan masuk darinya. Ku buka pesan itu lalu aku
membaca dan membalasnya. “ hai tang, lagi apa kamu?”. “pasti nih anak nitip
tanda tangan lagi, huft”. “ nggak lagi ngapa-ngapain iz, lagi ngerjain tugas. Kamu
emang lagi apa?” . “ ohh sorry yaa ganggu, lagi nyantai aja tang, ehh iya lusa
ada acara nggak?”. Aku terkejut mendapat pesan yang tak pernah aku pikirkan
sebelumnya. Dan aku dapat dari seorang lelaki yang selama ini aku kenal begitu
cuek,diam dan nggak banyak basa-basi di kelas. “ nggak ada kok iz, emang
kenapa?” . Tanganku bergetar, keringatku begitu mengucur baik keluar dari dahi
dan tanganku. Jantungku berdegup begitu amat kencang. Tak sabar aku menanti
balasan apa yang akan dikirimkan padaku dari Faiz. Tak lama pun hpku bordering kembali.
Tertanda bahwa faiz membalas pesanku sebelumnya. “ jalan yukk tang. Lagi pengen
refreshing nih”. Melihat kalimat yang tersampaikan dalam pesan itu pun aku
bersorak kegirangan, hatiku begitu berbungga-bungga, rasanya aku tak berada
disini lai, melainkan di dunia berbeda yang benar – benar indah sungguh begitu
indah.
-Bersambung-
Rabu, 25 November 2015
Teman Dalam Penantian
Denting sunyi di malam hari. Gemericik
gerimis menemani sendu dalam hati. Entah gundah atau galau yang aku rasa. Aku tak
tau itu apa namanya. Yang jelas hanya ada kamu.
Ya benar,
tentang kamu yang masih melekat dalam ingatan. Dan enggan pergi dari kehidupan
ini. Aku benci , sungguh benci bila harus teteskan lagi air mata untukmu. Hanya
untuk lelaki yang tak pernah mengerti tentang sebuah rasa terpendam ini. Bukannya
tak mengerti tapi memang tidak pernah peka saja itu bahasa yang digunakan pada
jaman semodern ini.
Kamu, kamu yang tak pernah mengerti
tentang sebuah rindu. Rindu yang begitu menggebu bila tak berjumpa denganmu. Rindu
yang bila kamu tak ada kabar dan entah kemana ujungnya. Rindu yang menyiksa
bila semakin kutahan dan tak ku katakan.
Kamu ,
mengertikah kamu bila rindu ini bukan hanya sekedar rindu biasa? . Rindu ini
begitu menggelora, menggebu-gebu bagai kereta api yang begitu kencang lajunya. Mungkin
memang benar, hanya aku yang rasakan ini. Tidak kamu , yaa tidak. Ini seperti
halnya bagaian dari lirik lagu Mytha “Aku Cuma Punya Hati”
Kamu
tak percaya cinta sejatiku
Aku
Cuma punya hati
Tapi
kamu mungkin tak pakai hati
Yaa
mungkin begitulah kamu. Rasanya seperti aku yang mengejar tapi kamu yang diam. Aku
yang jadi pembantu kamu majikannya. Jadi kamu tinggal enak duduk manis, minum
kopi dipagi hari, pakek kaca mata, sambil baca Koran. Sedangkan aku ? aku yang
susah payah ngebesihkan rumah , bikini kamu sarapan , cuci ini itu. Rasanya hanya
aku yang rasakan semuadan kamu masa bodoh dengan rasa ini.
Kamu
, kamu lelaki yang baik hati. Yang masih melekat namamu di memory ku. Yang masih
enggan pindah dari otak ku. Aku tak berharap lebih darimu. Yang aku inginkan
hanya sedikitlah kamu mengerti tentang semua ini.
Tentang
rasa ini, tentang kita, dan tentang kenangan-kenangan indah yang tak sengaja
tercipta ketika kita sedang bersama.
Kamu,
kamu yang masih aku sembunyikan dari siapapun. Yang orang lain tak pernah tau
siapa yang sedang mengitari otak kiriku hingga ke otak kananku.
Kamu,
yaa itu kamu. Kamu yang aku tunggu dari dulu hingga detik ini. Mungkinkah kamu
teman yang aku cari untuk aku tempatkan di dalam hati ini setelah Tuhanku ?
Mungkinkah
kamu teman yang selama ini aku maksud? Akankah kamu yang kan jadi teman dalam
penantianku.
Langganan:
Postingan (Atom)