Sabtu, 20 Februari 2016

My Eyes

Hitam pekat langit malam
Sepoi angin berhilir
Sentuh berdiri bulu roma
Rintik gerimis mengundang
Kian rintik kian melebat

Tuhan
Akankah terusik lagi lelapku ini?
Akankah terkoyah lagi suara keteguhan ini?

Kututup mata yang sudutnya kian memberat
Aku berdusta
Yaa dusta kecil yang menyelip di rongga hati
Bukan
Kini bukan hanya kecil, namun ia menggerogoti
Kian lama kian nanar

Kau bagaikan sepasang mata
Mataku yang hampir saja sempurna
Dengan bentuknya yang pipih di kedua ujung
Hingga membuat lentik bulu mata

Kau memang mata
Mata yang mengobati kebutaanku karna semata

Mata
Ku harap tak ada lagi sebuah dusta
Dusta tentang hatimu dan hatiku
Taburkanlah semerbak warna merona kemerahan semerah wajahmu
Walau itu hanya cinta lalu
Aku tak mengapa

Yang ku tau cinta itu belum berubah
Belum beranjak
Jangankan pergi, melangkah pun ia tak mampu

Mata
Aku mencintaimu
Secinta aku mencitaimu sedari dulu dan seperti dulu
Cinta ini belum berubah
Ketahuilah aku tak mampu berucap
Hanya menyemogakan kau mengetahui dan membaca hati ini

Mata
Kau mataku, memang mataku
Janganlah kamu berhenti menjadi mataku
Menuntunku dalam kegelapan
Mengajarkan aku membenarkan ketika kesalahan

Mata
Sekali lagi
Aku mencintaimu

YF

Selasa, 12 Januari 2016

Ikhwanku

Mawar merah
Pertanda pengikat sebuah cerita
Pertanda gejolak dalam jiwa
Pertanda pula sebuah hadiah

Wahai wajah sayu nan teduh bila terkena air wudhu
Biarkan aku tetap menatapmu
Melihatmu dari kejauhan nan semu bagimu
Namun hatiku begitu bergetar pilu

Kau begitu berkilau
Bukan hanya bintang yang indah
Namun kau lebih dari sekedar indah

Sungguh kau ya ikhwan
Dengan tanganmu kau mengadah
Meminta doa kepada sang kuasa
Agar terkabullah semua cerca dan harap

Wahai kau ikhwan
Yaa ikhwan nan sholeh dan memukau
Hatiku bergetar seraya mendengar suaramu
Adzan berkumandang mulut bergumam
Hati berguncang jiwa terkemang

Yaa ikhwanku
Dapatkah kau rasakan?
Disini aku melihatmu
Menatapmu mengadah dan meminta
Dengan tetesan - tetesan tak berdosa yang berlinang

Wahai ikhwan
Aku mengagumimu
Lewat doa ku ucapkan
Aku mencintaimu

-YS-

Dunia hitam

Hitam dan begitu pekat
Tak setitikpun ku lihat sebuah harapan
Harapan akan menyentuh sebuah keindahan

Indah
Apa itu indah?
Semacam apakah itu bentuknya?
Aku tak pernah tau
Dan tak pernah faham

Huhh
Dulu bagiku terang itu begitu memukau
Berjuta cahaya bersatu dalam kalbu
Hatiku tak lelah mengucap syahdu

Yang tertinggal saat ini hanyalah kenangan
Kenangan cahaya yang begitu berarti
Begitu berharga
Dan begitu memikat

Satu yang ku tau
Hanya hitam
Yaa hitam memang hitam
Dan mungkin selamanya hitam
Dan gelap itu akan menjadi abadi


-YS-

Rabu, 06 Januari 2016

Warisan abstrak

Namaku arum. Lebih lengkapnya arum saraswati. Aku terlahir dari keluarga yang begitu amat sederhana. Kedua orang tua ku hanya sebagai buruh di ladang orang. Sedangkan aku hanya perempuan yang bekerja di sebuah perusahaan surat kabar. Penghasilanku sebulan cukup hanya untuk membiayai bapakku yang saat ini sedang sakit. Tak pernah aku mengerti kenapa aku ditakdirkan seperti ini. Yang aku lakukan aku hanya bisa banyak-banyak bersyukur. Karena tak banyak orang yang mengalami hal sepertiku. Dan aku beruntung karena setiap semangat yang aku bangun adalah untuk keluargaku.
Saat suatu hari aku mendapat tugas untuk dipindahkan ke kantor pusat di Jakarta. Awalnya aku tak bisa terima tawaran ini. Karena tak mungkin bagiku aku harus jauh dari ibu dan bapakku. Apalagi bapakku sekarang yang semakin hari semakin kering tubuhnya digerogoti oleh penyakit mematikan itu.
“ Ibu apakah rum harus menerima tawaran ini?” aku menahan sendokan nasi yang tengah ingin masuk kedalam mulutku dan sesegera mungkin aku telan karena tak sanggup menerima teriakan perut mungilku. Tangan lusuh dan kasar dari perempuan itu yang banyak memakan derita dan beban cangkul serta alat menanam tumbuhan diladang itu mengelus rambut panjang nan indah milik gadis cantiknya. “nduk,cah ayu. Jika memang takdir suksesmu berada disana kejarlah. Biarlah ibu dan bapakmu ini selalu melihat dan mendoakanmu dari sini.” Wajah cantik gadis perempuan itu pun mengadah keatas, matanya berbinar seakan – akan ingin jatuh berjuta linangan air di kantung matanya yang begitu berat. Sendok yang berisi nasi tadinya ingin ia makan terpaksa ia letakkan diatas kumpulan nasi lainnya pada piring di depannya. Tangan mungil itu pun ikut tersentuh dalam suasana dan akhirnya spontan memeluk tubuh kurus dan tua milik ibunya. “ ibu maafkan rum. Rum masih belum bisa sembuhkan bapak dan bahagiakan kalian. Rum berjanji buk apabila rum disana nanti rum tak akan pernah lupakan ibu dan bapak. Insyaallah rum akan tepati janji rum untuk bahagiakan ibu dan bapak”.
“bu pak, rum pamit. Kalian baik-baik yaa. Rum sayang kalian, begitu rum sampai di Jakarta rum akan segera kirimkan surat untuk ibu dan bapak agar ibu dan bapak tak khawatir dengan keadaan rum disana. Assalamualaikum bu pak”. “ waalaikumsalam cah ayuku. Kamu jaga diri di kota kejam itu. Jangan lupa sholat dan Tuhanmu nak”. Dengan langkah kaki yang begitu berat aku pergi meninggalkan kota dimana aku dilahirkan dan tak pernah aku tinggalkan hingga aku sebesar ini. Berat rasanya harus meninggalkan orangtua ku demi tugas kewajibanku. Bila diizinkan aku memilih, aku akan memilih membawa orangtuaku bersamaku. Sekaligus aku bisa mengobatkan bapakku disana. Namun takdir berkata lain. Bis tengah melaju begitu kencang, hatiku masih terasa tertinggal di kota itu. Di kota ibu bapakku berasal. Dalam hati aku bertasbih, Tuhan ku mohon jaga mereka. Aku tak ingin hal apapun menimpa mereka.
“cilincing,cilincin,cilincing. Tanjung priuk,tanjungpriuk,tanjung priuk”. Suara bersautan itu pun membangunkanku dari tidur lelap semalaman. Begitu cepat aku telah sampai di kota yang orang bilang sangat kejam. Namun aku tak tau sekejam apa kota ini sehingga membuat pahit rasanya bila membicarakan kota ini. “bang kalo ke alamat ini saya harus naik apa ya?”sambil kutunjukkan sebuah kertas berisikan alamat kantor baruku kepada seorang ojek yang tengah memangkal di depan terminal. “ohh ini saya tau neng. Mari saya antar sampai ke tempat tujuan. Silahkan naik neng”.
Sesampai di depan kantor baru ku aku masih tak percaya aku telah berada di Jakarta. Keluar dari kota kelahiranku. “siang mbak saya pegawai baru yang dikirim dari kantor cabang Garut. Saya harus menemui bapak Rama. Bisakah saya bertemu dengan beliau?”. “baik mbak silahkan ditunggu. Sayang panggilkan pak rama dulu”. Setelah aku melihat-lihat sekitaran kantor baruku. Aku merasa sedikit asing dengan semua perubahan ini. Namun ku yakinkan dalam hatiku bahwa aku siap dengan semua ini demi bapak dan ibuku yang jauh disana. “mbak mari ikut saya ke ruangan bapak”.
Tooktokktokk… “masuk” suara lelaki terdengar dari dalam menyahut ketukan pintu dari seorang sekertarisnya. “ pak rama ada yang ingin bertemu dengan bapak dari kantor cabang garut”. “yasudah tinggal saja. Silahkan kamu lanjutkan pekerjaanmu”. “apa kamu yang bernama arum?arum saraswati”. “iiiya pak. Saya arum”. “baik arum karena kinerja kamu di kantor cabang kita begitu baik. Mereka mengirimmu kesini. Hari ini kamu bisa mulai kerja. Sekertaris saya akan mengantar kamu ke tempat kerjamu yang baru”. “baik pak. Terima kasih banyak”.
Hatiku begitu benar-benar canggung menghadapi hari baru ini. Semua yang aku rasa sungguh benar-benar berbeda dan baru. Suasana baru,teman baru,ruang kerja baru serta hari-hariku pun mulai saat ini akan menjadi baru. Hari ini aku habiskan waktuku di meja baru ku. Seperti biasa ku buat sebuah tulisan kecil di sela waktu ku untuk mengisi kekosongan di waktu jenuhku. Cita-citaku memang ingin sekali menjadi seorang penulis. Walau tak terkenal namun aku berharap tulisanku bisa menghibur semua masyarakat yang ada diluar sana. “astaga,aku lupa aku belum mengirim surat untuk ibu dan bapak di kampong”. Dengan cepat aku mengorek tumpukan kertas yang ada di meja baruku. Aku mencari-cari secarik kertas kosong yang cukup untuk sebuah kabar berita menyenangkan yang akan tersampaikan kepada bapak dan ibuku disana.
Ibuku tercinta,
Assalamualaikum bu. Bagaimana kabar ibu dan bapak?apakah kalian sehat. Ibu cah ayu mu ini telah sampai di kota perjuangan bu. Doakan aku agar aku bisa cepat kirimkan uang untuk bisa bapak berobat disana. Bu, disini aku masih merasa asing. Apa mungkin ini karena hari pertama aku disini yaa? namun aku disini mencoba untuk beradaptasi dengan semua ini. Bu, baru sehari aku disini rasanya aku sudah begitu rindu dengan kalian. Ohh iya, mas reza gimana bu? Apa sudah temui kalian dan melihat kesehatan bapak?. Maaf bu aku menitipkan kalian kepada mas reza tanpa ambil persetujuan kepada ibu dulu. Aku begitu mengkhawatirkan kalian. Sudah dulu ya bu kabar dariku. Aku harap surat ini bisa meringankan rasa kekhawatiran kalian terhadapku.
Arum anakmu tercinta
Brukkk… kuhempaskan tubuhku di atas Kasur yang rasanya begitu nyaman. Hari ini terlalu banyak menyita tenagaku. Segera aku mandi dan berganti pakaian. Lalu tak lama pun dunia malam kota Jakarta aku bawa ke dalam mimpi indahku.
“pagi mbak ris. Semoga hari ini cerah”. Sapa ku terhadap teman baru ku yang aku tau namanya riska. Aku begitu menyukainya. Dia orang yang baik, supel, banyak bicara, dan juga dia mudah beradaptasi baik terhadapku yang masih sangat baru di kantor ini. “pagi juga rum. Semalam tidurya nyenyak banget yaa. Keliatan tuh dari muka kamu. Rasanya hari ini fresh banget ketimbang kemarin”. “ahh mbak bisa aja padahal aku biasa aja mbak. Tapi sedikit lumayan capek juga sih, hehehe”. Sambil meringis tak malu aku tampakkan gigi-gigiku ini terhadap sahabat baruku mengakui bahwa memang tebakannya benar. Sebelum aku mulai bekerja aku tak lupa menyempatkan diriku untuk menyampaikkan kabar terhadap ibu dan bapakku.
15 januari 2009
Ibuku tersayang,
Ibu hari ini arum bekerja di hari kedua di kota yang ibu bilang kejam. Arum masih belum melihat bu bagaimana kejamnya kota ini. Seperti anggapan-anggapan orang disana yang begitu pedih dan pahit tentang kota ini. Bu, aku disini sudah dapat sahabat baru. Namanya riska, dia anak yang begitu baik disini bu. Baru 2 hari aku disini dia sudah banyak menolongku bu. Aku sangat bersyukur sekali bu aku bisa dipertemukan dengan banyak orang baik disini. Bu jaga diri baik-baik yaa, sampai disini dulu bu. Nanti arum lanjutkan di surat berikutnya. Kelupaan bu, nitip salam buat mas reza. Bilang juga kalok jaga dan ngecek bapak yang bener biar bapak cepet sehatnya. Peluk hangat dari anakmu untuk kalian ibu bapak.
Arum



4 bulan kemudian
“rum ada surat dari pak pos tadi. Aku taruh di atas meja kamu”. Kata riska yang tengah memberitahuku tentang sebuah bingkisan untukku. Dengan tangannya yang sibuk membawa setumpukan dokumen yang harus dikerjakan. “dari sapa mbak?” rasa penasaranku pun muncul hingga aku berjalan cepat menuju meja kerjaku. “nggak tau dari sapa, cek sendiri aja. Maaf ya rum aku sibuk banget nih”.
Kulihat diatas mejaku memang ada sebuah amplop coklat yang begitu rapid an cantik. Dipojok kiri atas tertulis “teruntuk arum ( kantor pusat jaya kusuma jl. Papanggo utara no 59 jakarta utara ) dari keluarga di kampong”. “ibu bapak, akhirnya membalas suratku juga”. Segera ku sobek ujung amplop itu. Rasanya tak sabar hati ini ingin mengetahui kabar dari mereka.
Arum gadis manis nan imut
Maaf rum aku reza. Sebenarnya ini semua ide ku untuk membalas semua suratmu selama ini. Agar kamu tak khawatirkan keadaan disini. Ibu dan bapak sehat disini, bahkan lebih dari dugaan sebelumnya. Kesehatan bapak semakin hari semakin membaik. Bahkan beliau sekarang sudah mampu berjalan walau dibantu dengan tongkat. Tak apa rum kamu jaga diri baik-baik disana. Biar disini ibu bapak aku yang menjaganya. Ohh ya, mereka berpesan ingin sekali bertemu denganmu. Untuk uang yang kamu kirimkan kemarin akan mereka gunakan untuk menemuimu di Jakarta. Jaga diri baik-baik rum. Aku pun sangat merindukanmu.
Salam hangat reza
Hatiku begitu berdegup kencang. Sebentar lagi aku bisa bertemu dengan ibu dan bapakku. Apalagi bapak sekarang sudah sehat. Secarik kertas yang membawa kabar berita kupeluk erat dalam genggaman kedua tanganku. Tak pernah aku sebahagia ini. Rasanya begitu berdebar. Kusimpan surat balasan yang bagiku begitu penuh arti ini dalam tumpukan dokumen di depanku.
Pagi ini aku akan bertemu dengan orang-orang yang begitu penting dan berarti dalam hidupku. Aku akan bertemu dengan ibu dan bapakku. Yaa hanya mereka yang membuatku begitu semangat dalam menjalani segalanya. Pukul 09:00 kereta dari garut akan tiba di stasiun. Kutunggu mereka sebelum kereta yang mereka tumpangi datang. Tak sabar aku ingin memeluk mereka dengan penuh hangat dan rindu yang begitu lama aku pendam selama ku di Jakarta. Hingga pukul 12:00 tak kunjung juga ku temui kereta dari garut berhenti distasiun. Hatiku mulai resah dan tak karuan. Fikiranku pun semakin tak jelas kemana-mana. Tanganku begitu dingin. Aku pun mencoba meyakinkan hatiku
Nggak rum,nggak bakal terjadi apa-apa sama mereka. Paling cuman telat dating aja keretanya.
3 jam terlewat dari jam 12 siang kereta yang ditumpangi ibu dan bapak pun tak kunjung datang. Aku pun semakin resah. Sudah tak sanggup untuk bersabar lagi. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke tempat informasi untuk menanyakan kapan kedatangan kereta dari garut. Setelah aku tanyakan, bukan kabar bahagia yang aku dapat namun kabar yang begitu membuat hatiku semakin tambah resah dan begitu sakit rasanya. Semua terasa sakit,begitu menusuk,yaa semua terasa tertusuk dari jantungku hingga menembus tubuh belakangku. Sekujur tubuhku begitu lemas. Semua begitu kaku,mulutku kelu tak mampu mengatakan sepatah kata pun. Hanya air mata yang mengalir begitu deras membasahi pipi dan wajahku.
Ibu dan bapakku yang tengah aku tunggu. Mereka tak akan oernah kujumpai lagi. Aku tak akan pernah melihat wajah mereka lagi. Tak akan pernah bisa tangan hangat ini memeluk tubuh mereka yang begitu rindu dan inginkan sebuah kehangatan dan cinta dari gadis manisnya. Tak akan pernah kujumpai sudut sudut terpaksa yang mereka ciptakan di bibir mereka untuk menghiburku ketika aku sedang terjatuh. Ibu bapak andai kalian tau, aku begitu bahagia mendengar kalian ingin kemari menemuiku. Namun bila semua ini terjadi aku tak pernah perbolehkan kalian kemari, biar aku yang temui kalian. Aku gadis kecilmu,cah ayumu,kesayanganmu ini yang pulang kembali kedalam pelukan dan pangkuan kalian yang setiap saat selalu ada untukku.
Kepulanganku ke garut begitu sangat amat berat. Langkah kakiku begitu kuat tak mampu ku langkahkan lagi rasanya. Semua sendi di tubuhku merasa kelu. Air mataku terus mengalir tanpa hentinya mengenang kepergian bapak dan ibuku. Sungguh rasanya aku kehilangan harta yang begitu berharga dalam hidupku. Tak pernah aku miliki harta yang begitu membanggakanku kecuali mereka. Bahkan bila akan digantikan pun bagiku tak akan oernah seindah mereka. Tak akan pernah dan tak akan ada.
Aku hanya bisa menangis. Menggenggam tanah gundukan yang lebih tinggi dari yang lain. Aku merasa ini begitu mustahil. Hatiku begitu lemah, tubuhku lemas tak berdaya. Isakan demi isakan telah membawaku terhanyut dalam duka yang begitu amat mendalam. Dengan sekuat hati ku tegakkan kepalaku. Kuhapus semua air mataku. Dan kulakukan hal yang sama yang dulu pernah mereka lakukan terhadapku. Ku coba untuk membuat sudut yang begitu indah melengkung di ujung-ujung bibirku.
“Ibu bapak kini aku akan tepati janjiku. Akan kubahagiakan kalian disana. Walau belum sempat aku menuntaskan semuanya, namun akan aku tuntaskan segera bu pak. Untuk kalian, yaa untuk kalian yang selama ini begitu berharga untukku. Terima kasih bu pak. Kalian alasan aku hidup. Dan hanya pada kalian aku berbakti. Dan terima kasih pula bu pak kalian selalu ingatkan aku terhadap Tuhanku”
Ku lanjutkan hidupku kedepan. Kutatap semua begitu membangkitkan semangatku lagi. Apakah ini warisan yang tengah ditinggalkan mereka? Sebuah semangat hidup tanpa pantang menyerah dalam situasi apapun. Kini cita-citaku terwujud. Novel yang aku buat begitu banyak diminati oleh semua masyarakat. Bahkan ada yang mengatakan ingin segera membaca tulisan-tulisanku berikutnya. Memang benar, disetiap kejadian akan selalu mengandung hikmah. Berkat dukungan dokter muda yang berwibawa dan tampan. Yang selalu menjaga harta warisanku dahulu. Dan selalu mengiingatkan aku dengan mereka hingga saat ini. Aku bisa menggapai semua ini. Yaa ini semua berkat mas reza. Lelaki yang begitu baik hati menemani wanita yang begitu tegar menghadapi kekejaman dunia ini sendirian. Dan aku kini telah mengerti dengan apa arti kejamnya kota Jakarta. Seperti yang ibu katakana dahulu sebelum aku berangkat ke kota ini.

“.Ibu bapak aku merindukanmu. Aku tau kalian melihatku dari kejauhan. Mengamati setiap apa yang aku lakukan. Bu pak inilah warisan yang kalian berikan padaku dan aku jalankan hingga saat ini. Semangat yang begitu berkobar. Tenanglah kalian disana. Aku mencintaimu bu pak. Sampai kapanpun kalian tak akan pernah tergantikan”.

Kamis, 31 Desember 2015

Binaran tanda tanya

Bintang bersinar begitu terang
Tenang, indah , dan seakan tak ada yang bisa meredupkan sinarnya
Begitu berbanding dengan hati ini
Redup, senyap, dan begitu gelap

Kusimpan harapan yang tak kutau pasti
Didalam hati rindu berselimut kalbu
Akankah asa menjemput cintaku
Mungkingkah ia enggan untuk dijemput

Kau begitu indah
Begitu berhidayah
Bagiku kau adalah anugerah
Darimu hidayah itu ku dapat

Terselip rindu di dalam jiwa
Terkadang menangis, meronta, memekik
Terkadang pula meringis kesakitan
Mungkinkah kau rasakan hal yang sama?

Aku tak pernah mengerti apakah ini
Apakah ini cinta?
Apakah ini rindu?
Atau semua ini hanyalah semu?

Ahhh aku tak pernah tau
Aku tak perduli
Namun hati ini semakin sakit
Bagaikan tertusuk duri
Duri yang tajam dan begitu amat sangat menancap

Wahai kau lelaki
Dengarlah rintihan hati
Sanggupkah kau menjawab semua pertanyaan hati
Sanggupkah kau menjadi apa yang aku cari selama ini

Rabu, 30 Desember 2015

Di ujung sujud sejukkan hati part 2

“kkuukuruyukk” “ Hoamm, udah pagi. Kayanya aku capek banget semalem tidur nyenyak bener”. “ astaga jam 7, aku telat. Maa mama siapin sarapan, aku telat”. Segera aku bergegas ke kamar mandi dan menyegerakan untuk mandi, semua hampir siap dan aku pun beranjak ke sebuah tas jinjing berwarna hitam. Ku masukkan semua buku serta tak pernah kutinggalkan sebuah novel untuk menemani suntuk menyerang. Ku santap sarapan pagi yang telah disapkan ibunda tercinta, akibat lapar yang melanda perut mungilku, aku pun menyantapnya dengan lahap.
“maa aku berangkat, assalamualaikum” “waalaikumsalam kak, ati-ati dijalan jangan ngebut”. Teriak seorang ibunda dari dalam dapur yang terdengar hingga depan rumah.
I’m gonna love you like I’m gonna lose you
I’m gonna hold you like l’m saying good bye
Forever will stay in, l won’t take you for granted
Alunan lagu Meghan trainor begitu membuatku terhanyut, menemaniku disaat perjalanan ke kampus. Masih saja dengan lagu yang sama lagu itu masih tetap mengalir memasuki lubang telingaku, hingga membuat mulutku pun tak mau ketinggalan mengikuti jalanannya alunan lagu itu.
Cause we’ll never know it when we’ll run out of time
So l’m gonna love you, like l’m gonna lose you
I’m gonna love you, like l’m gonna lose you
Jam kuliah sudah kutuntaskan semua. Dihari ini aku ingin menikmati hidupku yang benar- benar berbeda. Ku ambil novel yang telah ku masukkan ke dalam tas ku setadi pagi. Ku buka halaman dimana aku terakhir membacanya. Sampulnya yang berwarna pink membuatku bergairah segera membacanya. Ditengah aku tengah terhanyut dalam cerita yang aku baca. Tiba-tiba aku pun teringat akan ucapan faiz semalam. Ku korek isi tas ku, kucari dan terus mencari dimana letak handphone ku kuletakkan. “ini dia, faiz faiz faiz. Ahh nih bbm tuh anak. Ku baca pesan darinya semalam, belum sempat aku membalasnya aku pun tertidur dengan pulas karna begitu kegirangannya aku mendapat pesan yang masih belum aku percaya sampai saat ini.
“pagi faiz, iya oke deh aku mau jalan sama kamu. Emang kapan kita jalan?”. Sambil aku menunggu balasan dari faiz aku pun melanjutkan membaca novel yang masih aku pegang di tangan kiriku. “Beep beep beep beep” , hp ku pun bergetar dan ku tenggok layar hp ku ternyata faiz telah membalas pesan dariku. “ oke tang, ntar malem aku jemput kamu di rumah ya. See you tang “. Tak kusanggka jam berjalan begitu cepat. Sedikit mataku melirik kea rah arloji hitam yang melilit di tangan mungil sebelah kiriku. “ udah jam 4 sore, ujan juga belum reda. Faiz kemana yaa kok belum ada kabar sama sekali, bikin orang khawatir aja nih anak”. “ beep beep beep beep”. Ku rogoh saku celana bagian belakangku untuk mengambil hpku yang tengah berbunyi . “ tang sorry agak telat, ujannya kebat banget. Aku tunggu kamu di depan minimarket aja yaa”.
Tak lama kemudian aku pun beranjak jalan ke minimarket dekat rumahku. Dengan hati gugup, rasa tak percaya, tangan dingin dan bergetar. Aku pun meyakinkan diriku bahwa semua ini nyata dan bukan mimpi. Yaa ini nyata bukan hanya sekedar cerita karangan belaka yang dibuat seromantis mungkin oleh si penulisnya. “ tang, udah lama kah nunggunya?” suara lelaki disebelahku memecahkan lamunannku tentang kurang percayanya dengan semua ini. “ ehh faiz, ngg nggak kok iz, barusan aja kok aku nunggunya. Kita mau kemana? Cari makan aja yukk aku laper banget nih”. Sambil memegang perutku yang sudah keroncongan, aku mencoba merayu faiz agar segera beranjak pergi dari tempat kita bertemu menuju sebuah warung.
“Iz makasi yaa untuk hari ini, hari ini aku bener-bener seneng kamu bisa temenin aku jalan. Sekali lagi thank’s faiz. Kamu hati-hati dijalan yaa, ntar kalok udah nyampek rumah bbm gua balas oke”.
1 Bulan kemudian
Hari begitu cepat. Kini aku dan faiz pun semakin dekat. Semua tanda-tanda yang diberikan oleh faiz pun aku masih tak percaya. Firasatku hanya berkata bahwa diapun miliki rasa yang sama terhadapku. Dia begitu simple tapi diapun begitu romantis. Dimulai dari dia secara tiba-tiba memberiku sebuah mawar yang begitu indah. Bunga yang hingga saat ini aku menyukainya. Bagiku mawar itu adalah bunga yang begitu sakral. Apabila dia itu diumpamakan sebuah barisan kata yang menjadi sebuah kalimat, dia mendapat kalimat “simple but sweet”. Yaa dialah lelaki pertama yang aku temui dengan sejuta kejutan. Dan semoga diapun lelaki terakhir yang akan menjadi bagian dari hidupku.
“iz bolehkah aku bertanya?” “ boleh tang Tanya aja, aku akan jawab apapun yang kamu tanyakan. Agar pikiranmu tak dipenuhi tanda tanya tentang diriku ini”. Tangan besar faiz pun menggengam tanganku yang begitu mungil bila dibandingkan dengannya. “iz apa kamu serius denganku? Kita sudah lama kenal . aku tau kamu begitu pula kamu telah mengetahui siapa aku, dan kamu mampu menerimaku apa adanya. Semalam kamu bilang kamu ingin mempertemukan kedua orang tua kita. Apa kamu yakin? Lalu bagaimana dengan kuliah kita? Apa semuanya harus terhenti karna kita ingin bersatu? “. Kulihat mata lelaki itu pun begitu tajam, lalu berubah menjadi sayu menatap mataku yang berbinar bahwa tak ingin hubungan serius ini dianggap main-main. Ia pun menarik nafas begitu panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Mulutnya terbuka ingin menjawab semua pertanyaan dariku. Lalu dia kembali diam dan tanganya pun mengarah ke atas kepalaku lalu mengelus-elusnya penuh sayang. “lintang ketahuilah, aku tak ingin meninggalkanmu. Tak ingin melepaskanmu dan tak ingin melupakanmu. Kamu tau apa yang aku rasakan walaupun aku tak pernah katakana itu padamu. Kali ini aku akan katakana semuanya kepadamu. Selama ini memang kamu anggap semua tak nyata dan tak mungkin dengan apa yang aku lakukan hingga saat ini. Aku tau kamu selalu memancingku untuk mengatak bahwa aku sayang kamu, aku cinta kamu, dan aku serius denganmu. Kamu pun sering tanyakan padaku, apakah aku sedang merindukanmu? Ketahuilah tang aku selalu merindukanmu setiap saat, aku selau menginginkanmu disampingku setiap saat. Aku menyembunyikan darimu sedari dulu karna kau ingin buktikan padamu bahwa aku mampu membahagiakanmu walaupun aku tak begitu miliki banyak materi. Dan untuk study kita, aku mau melihat calon istriku ini memakai seragam hitam dan membawa sebuah toga ditanganya. Bersabarlah sayang sebentar lagi kita akan bersatu. Dan ixinkan aku melamarmu terlebih dahulu. Lintang dengan segenap h=jiwa raga dan seluruh kasih sayang dan cinta yang aku miliki terhadapmu, maukah kamu menjadi permaisuriku seperti apa yang kamu mimpikan selama ini?”. Hatiku bergetar, tanganku menjadi dingin seketika. Lidahku pun kaku, aku tak bisa mengucapkan sepatah katapun untuk menjawabnya. Semua begitu terasa seperti mimpi bagiku. Yag aku tau selama ini taka da lelaki yang begitu ingin serius terhadaku. Dan sekarang di depanku, dihadapanku tengah berdiri lelaki yang ingin meminangku, menyatukan tali sunnah yang dianjurkan oleh tuhanku dan tuhannya. Aku pun tak kunjung mengucapkan kata. Tubuhku begitu lemas dan bersandar dipelukkannya. Semua linangan air yang telah berkumpul lama disudut mataku pun menetes karena tak sanggup lagi untuk terbendung.

“ Faiz aku mau, yaa aku mau. Aku akan menunngu dimana kamu menyebutkan namaku di depan penghulu dan banyak orang. Aku mau iz, aku mau kamu yang selalu berada di sampingku”. Jantungku begitu gugup dan berdetak sangat kencang. Tak percaya bahwa aku akan segera menyudahi masa remajaku ini. Faiz lelaki yang baik namun dia begitu cuek. Dia yang tak pernah perduli dengan wanita cantik yang diiming-imingkan oleh teman-temannya. Dia lelaki yang menggetarkan hatiku pada setiap sujudnya. Dia yang kulihat ketika bersujud membuat hatiku begitu sejuk, sesejuk salju yang menerpa raga setiap manusia yang terkenanya. Yaa dialah lelaki yang saat ini berada disampingku, dia yang menjadi imam sekaligus ayah yang baik untuk anak-anakku. 

Sabtu, 26 Desember 2015

Diujung sujud sejukkan hati part 1

“Aduh” jeritnya meringis karena tengah menabrak lemari kayu. Lintang melamun karena melihat lelaki yang ditaksirnya sedang menegakkan kewajiban terhadap Tuhannya. Hati lintangpun berbisik lirih sambil tak mengalihkan perhatiannya sama sekali. “Rasanya nih ati adem banget liat dia sholat, ya Allah dia emang benar-benar baik”. Sambil tersenyum lintangpun berlalu meninggalkan Faiz.
“Assalamualaikum” “Waa,,waalaikumsalam”. “Sendirian aja tang?” Faiz membuyarkan lamunanku tentangnya, hingga aku gelagapan menjawab pertanyaanya. “Ehh, iyaa nih. Anak-anak pada belum dating, mungkin mereka masih di mushollah sebelah”.
“Kemarin tugasnya apa aja? Copy.in dong materinya” “Ohh, kek biasa iz. Dosen nerangin terus kasih ppt. okee, sini.in flashdisk lu.” “Nih tang, jangan buka aneh-aneh yaa hehe”. Canda Faiz ketika ia menyerahkan flashdisknya. Yang membuat jantung ini seakan keluar dari area tempat tinggalnya adalah, ketika ia tersenyum,tertawa terbahak-bahak dan ketika melihat ia sholat.
Hari ini begitu melelahkan, baik karna tugas yang makin hari makin numpuk. Dan juga orderan online shop yang semakin hari semakin banyak pesanannya. Aku wanita remaja yang sedang menikmati masa-masa muda yang begitu indah, dengan menghabiskan waktu ku dengan belajar di sebuah fakultas wartawan. Dan tanpa letihnya aku juga ambil kerja sampingan dengan jualan secara online. Bagiku mencari ilmu itu sungguh menyenangkan. Selain aku kuliah, aku juga tengah mengikuti sebuah pelatihan yang diadakan oleh pemerintah kota tempat tinggalku. Dan disinilah awal mula aku bertemu dengan Faiz. Lelaki yang begitu baik, ia juga memiliki ilmu agama yang mantap, serta pintar dan cool. Dia lelaki yang begitu cuek. Ketika semua temannya sedang memperhatikan dan menaksir wanita untuk jadi pujaan hatinya. Tapi ia memilih diam dan sendiri.
“Beep beep beep beep” tiba-tiba hp ku bergetar, aku pun segera berlari dari meja rias ke atas Kasur dank u raih hp ku. Ku lihat layar hpku, tampillah sebuah icon bbm yang tertanda bahwa ada pesan bbm yang masuk. Dan ternyata lelaki yang tak seberapa tampan dan cuek yang mengirim pesan bbm padaku. “Tang lagi apa? Bisa minta tolong nggak? Hehe . ntar masuk pelatihan kan?” “nih anak belum dijawab udah bbm segini banyaknya, apalagi kalok gua balas. Kalok dikelas sok cuek, ehh kalok di bbm beda banget, hmm” . aku menggerutu sendiri melihat dan membaca pesan dari faiz. “ Iya iz aku masuk, ada apa? Kangenkah kamu kepadaku? Hahaha” . “ hehe, kamu bisa aja tang. Aku mau nitip absen tang , tolong yaa “ “ nih anak ada maunya kan, bener dugaanku dari awal”. Segera aku membalas pesan dari Faiz “ oke “.
Hari begitu cepat berganti, tak pernah kusangka ternyata pelatihan yang aku ikuti akan segera selesai. Perasaan bahagia dan sedih pun kini telah melanda. Yaa kalau anak jaman sekarang bilang sih galau. Rasa bahagia itu datang karena pelajaran akan segera usai dan aku akan segera mengetahui seberapa jauh aku menimba ilmu. Dan disisi lain rasa sedih pun menerpa, karna aku takut tak bisa lagi menyejukkan hatiku. Menyegarkan pikiranku dengan hanya melihat Faiz lelaki yang sok cuek itu sholat dan tersenyum gurih. “Hei, kenapa lu ngelamun aja sih tang ?” tegur evi yang datang menghapiriku tengah melamun sendiri di taman sebelah. “ nggak apa vi, aku cuman lagi galau aja. Bentar lagi kan kita bakalan usai pelatihan. Jadi bakal kangen sama suasana kelas yang kacuh gaduh nggak karuan vi.” “ alaah, udah ngomong aja kalok lu takut kan gabakal bisa ketemu sama cowo super cuek itu” . “ iyaa tang, udah nggaku aja”. Timpalan kalimat sok tau dari teman yang cerewet dan bawel yaitu Jamil. “ahhh kamu sok tau deh mil, emang kita ngomongin apa.an tadi?” “ aku tau lah vi, kalian ngomongin Faiz kan?” “prokkk prookkk prookk “ tepuk tangan pun terdengar begitu meriah dari tangan evi yang duduk disebelahku. “ tenyata teman kita ini pinter juga kek dukun. Tapi dukunnya gapakek menyan yaa. Hahahaha”. Evi pun dan aku tertawa amat keras hingga rambut keriting evi pun ikut mengguncang-guncang.
“beep beep beep” kembali hp ku bergetar. Kutenggok sejenak layar yang menyala. Faiz, nama yang muncul pada icon bbm tertanda bahwa ada pesan masuk darinya. Ku buka pesan itu lalu aku membaca dan membalasnya. “ hai tang, lagi apa kamu?”. “pasti nih anak nitip tanda tangan lagi, huft”. “ nggak lagi ngapa-ngapain iz, lagi ngerjain tugas. Kamu emang lagi apa?” . “ ohh sorry yaa ganggu, lagi nyantai aja tang, ehh iya lusa ada acara nggak?”. Aku terkejut mendapat pesan yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Dan aku dapat dari seorang lelaki yang selama ini aku kenal begitu cuek,diam dan nggak banyak basa-basi di kelas. “ nggak ada kok iz, emang kenapa?” . Tanganku bergetar, keringatku begitu mengucur baik keluar dari dahi dan tanganku. Jantungku berdegup begitu amat kencang. Tak sabar aku menanti balasan apa yang akan dikirimkan padaku dari Faiz. Tak lama pun hpku bordering kembali. Tertanda bahwa faiz membalas pesanku sebelumnya. “ jalan yukk tang. Lagi pengen refreshing nih”. Melihat kalimat yang tersampaikan dalam pesan itu pun aku bersorak kegirangan, hatiku begitu berbungga-bungga, rasanya aku tak berada disini lai, melainkan di dunia berbeda yang benar – benar indah sungguh begitu indah.

-Bersambung-